
YOGYAKARTA, PETRANAS– Auditorium Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menjadi lokasi peluncuran buku kontroversial berjudul “Jokowi’s White Paper” pada hari Kamis (12/9). Acara ini kembali menyulut perdebatan publik mengenai keaslian ijazah Presiden Joko Widodo, yang diiringi oleh serangkaian pernyataan dan langkah dari beberapa tokoh yang terlibat dalam isu tersebut.
Peluncuran buku ini turut menyorot kondisi terkini penulis buku jokowi under cover, Bambang Tri Mulyono. Dalam sebuah pertemuan terpisah di Blora, Rismon, salah satu rekan Bambang Tri, mengonfirmasi bahwa penulis tersebut dalam keadaan sehat setelah bebas dari masa hukuman penjara selama 2,5 tahun.
“Bambang Tri sehat-sehat saja,” ujar Rismon singkat, menandakan bahwa Bambang Tri siap untuk kembali menyuarakan isu yang telah lama ia perjuangkan melalui tulisan-tulisannya.
Suasana semakin memanas dengan pernyataan yang dilontarkan oleh dr. Tifa dalam forum yang sama. Ia mengklaim bahwa tidak adanya bantahan resmi dari pihak Presiden Jokowi atas penerbitan buku ini dapat diartikan sebagai sebuah pengakuan. Menurutnya, hal ini menandakan akhir dari polemik ijazah yang selama ini bergulir.
“Tidak adanya bantahan dari Jokowi atas penerbitan buku ini menunjukkan bahwa proses penelusuran ijazah palsu Jokowi sudah usai dan dinyatakan bahwa ijazah Jokowi memang palsu,” tegas dr. Tifa di hadapan hadirin.
Sementara itu, upaya pembuktian dari pihak lain juga terus berjalan. Roy, salah satu tokoh yang turut aktif dalam penelusuran isu ini, menyatakan telah mengambil langkah formal untuk mendapatkan bukti otentik.
Roy mengaku telah mendatangi kantor Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meminta data resmi. “Saya telah hadir di PPID UGM untuk meminta salinan ijazah sarjana muda Jokowi dengan berkirim surat secara resmi ke rektorat UGM,” jelasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Istana Kepresidenan maupun Rektorat UGM belum memberikan tanggapan resmi terkait peluncuran buku dan klaim-klaim terbaru yang menyertainya. Publik kini menanti kelanjutan dari polemik yang kembali menghangat ini.