Kemarahan Rakyat Perancis Memuncak: “Block Everything Action” Guncang Negeri

Ditulis oleh: Siska Mariska, Kepala Bidang Pendidikan Pengda Kepri

Batam-Sejak 10 September 2025, suhu politik dan sosial di Perancis kian membara. Gelombang perlawanan rakyat yang menamakan dirinya “Block Everything Action” kini menjelma menjadi gerakan besar yang melumpuhkan sendi-sendi kehidupan publik. Hari ini, rakyat Perancis melakukan aksi mogok massal yang dipimpin oleh konfederasi serikat pekerja untuk menekan pemerintah agar segera membatalkan kebijakan pemotongan belanja publik, pembekuan jaminan sosial, serta serangkaian keputusan lain yang dianggap menindas.

Aksi ini telah menimbulkan dampak yang luas: layanan rumah sakit terhenti, transportasi publik lumpuh, dan sekolah-sekolah ditutup. Warga merasakan langsung bagaimana keseharian mereka terhantam oleh mogok nasional yang seolah mengingatkan dunia pada tradisi panjang perlawanan kelas pekerja di Perancis.

Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Kereta Api SUD-Rail, Fabien Villediue, menegaskan bahwa tidak kurang dari satu juta pekerja turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutan. “Kami berdiri di sini bukan hanya untuk pekerja, tapi untuk masa depan seluruh rakyat Perancis,” ujarnya dengan lantang di tengah lautan demonstran.

Namun, situasi berubah panas. Bentrokan tak terelakkan antara pengunjuk rasa dengan aparat kepolisian. Catatan resmi menyebutkan, 180 orang telah ditangkap dalam kerusuhan yang terjadi di sejumlah kota besar, dari Paris hingga Marseille. Gas air mata, sirene, dan api dari ban yang dibakar menjadi pemandangan sehari-hari di jalanan Perancis yang kini diselimuti amarah.

Pergantian tampuk kepemimpinan dari Presiden Emmanuel Macron ke Sébastien Lecornu ternyata tak membawa angin segar. Meski perdana menteri pengganti Macron telah mengumumkan pemangkasan tunjangan seumur hidup bagi para menteri sebagai gestur “reformasi,” langkah itu tidak mampu meredam bara. Rakyat menilai Lecornu tetap berasal dari lingkaran kekuasaan yang sama, yang selama ini mereka anggap gagal mengutamakan kesejahteraan rakyat.

Bagi banyak warga, kebijakan pemerintah terbaru hanyalah perpanjangan dari warisan kebijakan Macron yang sudah lama diprotes. “Kami tidak akan diam sampai suara kami benar-benar didengar,” teriak seorang demonstran di tengah barisan massa, yang disambut sorak-sorai ribuan orang.

Kini, dunia menatap Perancis dengan sorotan tajam. Sebuah negara yang selama ini dikenal sebagai pusat demokrasi Eropa justru bergolak oleh amarah rakyatnya sendiri. Gerakan “Block Everything Action” menjadi simbol perlawanan baru, sebuah pesan keras bahwa rakyat tidak akan tinggal diam menghadapi kebijakan yang menggerus hak-hak sosial mereka.

Apakah sejarah jilid-2 revolusi Perancis tengah ditulis ulang di jalanan Perancis? Dimana rakyat bangkit melawan kekuasaan yang dianggap tuli terhadap penderitaan mereka. Dan bara kemarahan ini, tampaknya, belum akan padam dalam waktu dekat.