Pertemuan Tak Terduga di Solo: Jokowi dan Abu Bakar Ba’asyir

Oleh : Edy Mulyadi, Wartawan Senior

Hari Senin, 29 September 2025, menjadi tanggal yang diwarnai oleh peristiwa politik dan keagamaan yang cukup menarik perhatian publik. Mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), menerima kunjungan tamu yang tak biasa di kediaman pribadinya di Solo, Jawa Tengah. Tamu istimewa tersebut adalah Ustaz Abu Bakar Ba’asyir, pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, yang dikenal sebagai ulama “garis keras” dan juga mantan narapidana kasus terorisme.

Kunjungan ini terasa istimewa bukan hanya karena latar belakang Ba’asyir, tetapi juga karena nuansa yang mengiringinya. Pertemuan itu disebut berlangsung secara tertutup selama kurang lebih 20-30 menit. Sebagai tuan rumah, Jokowi menunjukkan sikap hormat dengan menyambut langsung Ba’asyir di depan rumahnya, bahkan terlihat mencium tangan ulama tersebut, sebuah gestur penghormatan yang mendalam dalam budaya Jawa dan Islam.

Pesan dan Nasihat dari Ulama

Inti dari kedatangan Abu Bakar Ba’asyir adalah untuk menyampaikan nasihat keagamaan kepada Jokowi. Dalam pernyataannya kepada wartawan setelah pertemuan, Ba’asyir menegaskan bahwa kedatangannya murni didasari oleh kewajiban seorang ulama untuk menasihati, tanpa didorong oleh kepentingan politik atau pujian.

Berikut poin-poin utama dari pesan yang disampaikannya:

  1. Nasihat untuk Bertobat: Ba’asyir secara eksplisit meminta Jokowi untuk bertaubat dan kembali ke ajaran Islam secara kaaffah (menyeluruh).
  2. Harapan Pembela Islam yang Kuat: Ia berharap agar Jokowi, yang dinilainya sebagai “orang kuat,” dapat menjadi pembela Islam yang kuat.
  3. Kewajiban Ulama: Ba’asyir menekankan bahwa menasihati adalah kewajiban agama baginya, yang harus ditujukan kepada rakyat, pemimpin, bahkan orang kafir.
  4. Soal Keputusan: Mengenai apakah nasihat itu akan diterima atau tidak, Ba’asyir menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, menyatakan, “Soal mau atau tidak mau, itu urusan Allah.”

Respon dan Makna Pertemuan

Jokowi sendiri disebut mengaku kaget dengan kedatangan Ba’asyir yang terbilang mendadak atau tidak terencana. Setelah pertemuan, Jokowi membenarkan bahwa inti dari kunjungan tersebut adalah mendengarkan nasihat ulama tentang pesan-pesan keagamaan, yang salah satunya adalah untuk mengabdi pada Islam.

Pertemuan ini menjadi sorotan karena mempertemukan seorang mantan Presiden dengan figur yang selama ini berada di kutub berseberangan dalam narasi politik dan ideologi negara. Bagi sebagian pihak, pertemuan ini bisa dilihat sebagai upaya rekonsiliasi atau silaturahmi kemanusiaan antara dua tokoh bangsa dengan latar belakang yang berbeda. Sementara bagi Ba’asyir, ini adalah realisasi dari keyakinan pribadinya tentang tugas moral seorang ulama.

Peristiwa ini menunjukkan dinamika yang terus bergerak dalam kancah sosial dan politik Indonesia, di mana komunikasi bahkan bisa terjalin antara tokoh-tokoh yang memiliki pandangan ideologis yang sangat kontras.

video lengkap dapat diakses di :